Gambar : Antaranews.com
Membaca berita di beberapa media online tentang demonstrasi warga Morowali yang berujung rusuh dengan tewasnya dua orang warga Morowali ini bagi saya memang banyak muncul pertanyaan. Berita yang ditulis media-media online itu kebanyakan tidak ada yang memenuhi sebuah berita yang berimbang.
Tribunnews.com misalnya menurunkan berita berjudul : Rusuh di Pengeboran Minyak Medco: Kapolres Dikalungi Celurit. Dalam berita yang ditulis tanggal 23 Agustus itu, Tibunnews.com hanya mengutip wawancara dengan Kapolres Morowali, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Suhirman tanpa mengkonfirnasi dari pihak masyarakat yang menjadi korban penembakan. Jelas ini adalah berita yang tidak berimbang, secara kaidah jurnalistik yakni cover board side.
Demikian juga dengan Detik.com yang menulis dua berita terkait dengan kasus Morowali ini. Yang satu berjudul Buntut Demo Di Morowali, Sulteng, Dua Orang Tewas, berita lainnya berjudul : Kapolri Sebut Penembakan di Morowali karena Warga Sandera Polisi. Dalam berita pertama Detik.com mencoba menulis tentang kronologis kejadian dengan mewawancarai pihak RSUD Luwuk dan Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Gde Pradnyana. Berita pertama ini belumlah cukup berimbang karena pihak-pihak yang terlibat bentrokan tidak ada yang diwawancarai. Sedang dalam berita kedua, wartawan Detik.com terlihat malas melakukan konfirmasi dengan pihak lain, baik itu masyarakat Morowali maupun pihak ketiga yang bisa menilai apakah memang benar demikianlah yang terjadi dilapangan.
Berbeda lagi dengan berita yang diturunkan oleh Berdikarionline.com dengan judul Kronologis Penembakan Warga Morowali Oleh Polisi. Dalam berita ini Berdikarionline cenderung lebih berpihak pada masyarakat. Tidak ada kutipan wawancara dalam berita ini. Sumber berita ini seolah-olah adalah pendapat pribadi redaksi.
Akhirnya, kita sebagai pembaca media harus cerdas membaca berita, agar tidak menjadi korban pemberitaan media yang seringkali cenderung membela kepentingannya sendiri. Bukan mengabdi pada kebenaran.