Kita mungkin harus berpikir ulang dengan rencana membeli sepeda motor model terbaru, degan sekian pertimbangan. Pertimbangan tentang pagi kita yang bising dengan deru mesin, bukan lagi kicau burung yang menghibur hati. tentang jalan-jalan yang kian hari terasa makin sempit dengan kemacetan. tentang subsidi premium yang seharusnya bukan hak kita namun masih saja kita minta.
Sayang pertimbangan hanya jadi kegelisahan di malam-malam sepi bahkan menjadi omelan di jalan raya ketika macet mendera. Karena pikiran kita sudah diracuni sekian banyak iklan produk sepeda motor dan rayuan sales promotion girl sebuah sorum sepeda motor. Hasrat memiliki akhirnya berdiri mengangkangi kita, bukan lagi pertimbangan rasional. Tanpa banyak pikir kitapun membeli dan terus membeli, konsumsi dan terus konsumsi tanpa tahu kenal batas. Untuk ini saya pun gelisah.
Saya gelisah melihat peredaran sepeda motor di negara kita. Apalagi beberapa hari yang lalu ibu saya baru saja membelikan sebuah sepeda motor Yamaha Mio model terbaru untuk adik saya. Semua biaya pembelian itu didapatkan dari kredit dari bank. Maklum ibu saya adalah PNS yang gaji bulanannya tak cukup untuk ditabung guna membeli sepeda motor karena seringkali uang gajiannya habis sebelum tutup bulan. Maka jalan keluarnya adalah mengambil hutang di bank, yang pelunasannya dipotong dari gaji bulanannya.
Sempat saya usulkan untuk membeli sepeda motor bekas saja, mengingat adik saya tahun ini juga membutuhkan banyak biaya untuk masuk perguruan tinggi. Namun usul saya itu dimentahkan oleh ibu begitu saja mengingat dia mempunyai pengalaman buruk ketika membeli sepeda motor bekas. Di mana kondisi mesin sepeda motor itu tidak seperti yang diinginkan. Keputusan pembelian itu tetap, adik saya akhirnya dibelikan sepeda motor baru. Dengan bertambahnya satu sepeda motor baru itu berarti totalnya keluarga kami yang berjumlah empat orang ini masing-masing memiliki satu sepeda motor.
Itu yang terjadi di keluarga saya. Di keluarga lain di kota sayapun, terutama mereka yang secara ekonomi digolongkan mampu, hampir tiap anggota keluarganya mempunyai satu sepeda motor bahkan lebih. Untuk
Sungguh luar biasa pertumbuhan sepeda motor di negara kita. Pemerintah yang punya kuasa untuk itu sudah tak sanggup lagi karena kuasanya sudah diberikan pada pasar. Maka pertumbuhan sepeda motorpun tergantung kuasa pasar. Siap pasa itu? Ya kita ini, rakyat Indonesia.
Angkutan umum di kota saya selama tujuh tahun ini tak terjadi penambahan armada secara berarti bahkan cenderung menurun. Sehari-harinya jika kita lihat, angkutan umum di kota saya semakin sepi saja penumpanganya. Andong yang dulu menjadi alat transportasi umum penghubung desa saya dengan desa tetangga kini sudah tak ada lagi. Digantikan ojek yang jarang sekali ada penumpangnya.
Namun lagi-lagi, kita juga harus berpikir seribu kali di negara yang pembangunan alat transportasi umumnya sangat lambat ini untuk sekedar membatasi penggunaan sepeda motor. Kita tak punya pilihan lain, karena pemerintahpun tak memberi kita pilihan lain. Mereka telah memberikannya ke tangan-tangan gaib (invisible hand).
Jumlah Sepeda Motor di Indonesia versi BPS (data sensus tahun 2009)
Jumlah Sepeda Motor di Indonesia versi BPS (data sensus tahun 2009)
0 komentar:
Posting Komentar