Kamis, 25 Agustus 2011

Penembakan Warga Morowali, Polisi atau Masyarakatkah yang Bersalah ? (Analisis pemeberitaan di beberapa media online)

Gambar : Antaranews.com


Membaca berita di beberapa media online tentang demonstrasi warga Morowali yang berujung rusuh dengan tewasnya dua orang warga Morowali ini bagi saya memang banyak muncul pertanyaan. Berita yang ditulis media-media online itu kebanyakan tidak ada yang memenuhi sebuah berita yang berimbang.
Tribunnews.com misalnya menurunkan berita berjudul : Rusuh di Pengeboran Minyak Medco: Kapolres Dikalungi Celurit. Dalam berita yang ditulis tanggal 23 Agustus itu, Tibunnews.com hanya mengutip wawancara dengan Kapolres Morowali, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Suhirman tanpa mengkonfirnasi dari pihak masyarakat yang menjadi korban penembakan. Jelas ini adalah berita yang tidak berimbang, secara kaidah jurnalistik yakni cover board side.
Demikian juga dengan Detik.com yang menulis dua berita terkait dengan kasus Morowali ini. Yang satu berjudul Buntut Demo Di Morowali, Sulteng, Dua Orang Tewas, berita lainnya berjudul : Kapolri Sebut Penembakan di Morowali karena Warga Sandera Polisi. Dalam berita pertama Detik.com mencoba menulis tentang kronologis kejadian dengan mewawancarai pihak RSUD Luwuk dan Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Gde Pradnyana. Berita pertama ini belumlah cukup berimbang karena pihak-pihak yang terlibat bentrokan tidak ada yang diwawancarai. Sedang dalam berita kedua, wartawan Detik.com terlihat malas melakukan konfirmasi dengan pihak lain, baik itu masyarakat Morowali maupun pihak ketiga yang bisa menilai apakah memang benar demikianlah yang terjadi dilapangan. 
Berbeda lagi dengan berita yang diturunkan oleh Berdikarionline.com dengan judul Kronologis Penembakan Warga Morowali Oleh Polisi. Dalam berita ini Berdikarionline cenderung lebih berpihak pada masyarakat. Tidak ada kutipan wawancara dalam berita ini. Sumber berita ini seolah-olah adalah pendapat pribadi redaksi. 
Akhirnya, kita sebagai pembaca media harus cerdas membaca berita, agar tidak menjadi korban pemberitaan media yang seringkali cenderung membela kepentingannya sendiri. Bukan mengabdi pada kebenaran.

Minggu, 14 Agustus 2011

Bendera

Kain itu lusuh, merah putih
luntur sudah sebagian warna merahnya
baunya apek
sewaktu mencucinya, ibu mungkin memberinya terlalu banyak pemutih
dan lupa memberinya pewangi

padahal niatku bendera itu akan kukibarkan pada pagi, juga pada angin
agar pagi dan angin mengabarkan wangi dan warnanya yang cemerlang pada dunia
tapi pagi belum juga tuntas
dan angin belum juga berhembus

merah-putih, kuikat pada sebatang bambu yang pangkalnya koyak
ingin kukibarkan setengah tiang saja
siapa tahu tiangnya yang tak lagi kokoh itu roboh
patah ditiup angin


Jepara, subuh belum pagi

Senin, 08 Agustus 2011

Ketinggalan Kereta


Ketinggalan kereta, sungguh tidak menyenangkan. Saya berulangkali mengalaminya. Rata-rata disebabkan karena tidak tahu kapan jadwal keberangkatan kereta. Terpaksa saya harus menunggu berjam-jam untuk keberangkatan kereta selanjutnya. Beruntung hanya ditinggal kereta, tidak ditinggal nikah. Wah kalo yang satu ini janganlah terjadi, sakitnya sulit hilang kalo sudah ditinggal nikah.

Maka itu ketika malam ini bingung mau nulis apa, iseng-iseng saja saya mau nulis tentang jadwal kereta api. Nah ternyata setelah searching di Google banyak juga yang telah memposting jadwal kereta api. Tapi tak apalah saya juga ikut posting. Mungkin suatu saat saya membutuhkannya.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Menuju Media Online


Konvergensi media untuk Pers Mahasiswa

Di “desa global” ini kita berlomba-lomba mengkavling sejengkal tanah kemudian menanamnya dengan informasi. Meminjam istilah Mc Luhan “desa global” yang melihat perkembangan teknologi informasi begitu pesat pada milenium ketiga ini. Kini, penyaji informasi bukan lagi didominasi perusahaan media, tetapi individu pun bisa melakukannya.
Munculnya internet di abad ke 20 lalu telah menyebabkan berubahnya pola penyajian informasi yang semula menggunakan media konvensional (di luar media online seperti media cetak dan elektronik) perlahan-lahan beralih ke media online. Perusahaan media massa berlomba-lomba mengkonvergensikan medianya dengan media online tanpa meninggalkan media konvensionalnya. Media massa umum menggunakan konvergensi media ini untuk tujuan melebarkan sayap dan masuk kedalam jaringan internet agar dapat mempertahankan atau memperluas bisnisnya.

Jumat, 05 Agustus 2011

Sepeda Motor

Kita mungkin harus berpikir ulang dengan rencana membeli sepeda motor model terbaru, degan sekian pertimbangan. Pertimbangan tentang pagi kita yang bising dengan deru mesin, bukan lagi kicau burung yang menghibur hati. tentang jalan-jalan yang kian hari terasa makin sempit dengan kemacetan. tentang subsidi premium yang seharusnya bukan hak kita namun masih saja kita minta.
Sayang pertimbangan hanya jadi kegelisahan di malam-malam sepi bahkan menjadi omelan di jalan raya ketika macet mendera. Karena pikiran kita sudah diracuni sekian banyak iklan produk sepeda motor dan rayuan sales promotion girl sebuah sorum sepeda motor. Hasrat memiliki akhirnya berdiri mengangkangi kita, bukan lagi pertimbangan rasional. Tanpa banyak pikir kitapun membeli dan terus membeli, konsumsi dan terus konsumsi tanpa tahu kenal batas. Untuk ini saya pun gelisah. 

Mau ?

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India