Minggu, 31 Juli 2011

Jurnalistik Investigasi

(Catatan Diklat Jurnalistik Investigasi PPMI Kota Surabaya)

Jika metode investigasi dalam jurnalistik merupakan cahaya obor yang membuat bangkai hewan terlihat di malam hari yang gelap. Dan jika praduga awal investigasi adalah penciuman kita tentang bangkai tikus tadi. Maka kita harus mencari obor, menyalakannya dengan korek api kemudian berjalan dengan pencahayaannya. Mencari di mana bangkai itu berada, memastikan bangkai hewan apakah itu, dan jika perlu mengotopsinya. Meneliti sebab musabab kematian hewan tersebut, sampai segalanya menjadi terang.

Dan begitulah metode investigasi seringkali dipakai oleh media-media mingguan seperti Majalah Tempo, Gatra, dll, untuk mengungkap kejahatan kerah putih yang tak mudah diungkapkan oleh media-media harian.

Jurnalistik investigasi, mengungkap kebenaran dibalik fakta dan peristiwa. Sesuatu yang abu-abu, kejahatan besar yang sengaja ditutup-tutupi. Tiba-tiba menjadi hal yang mewah di kalangan pers Mahasiswa. Mewah karena memang tingkat kesulitannya tak dapat diatasi oleh pers Mahasiswa hari ini yang tingkat konsistensi dan militansinya semakin menurun. Tugas kuliah yang menumpuk, waktu studi yang semakin “diperpendek,” seolah menjadi “pembenar” menurunnya kualitas pers Mahasiswa hari ini.

Senin, 11 Juli 2011

Mengenang Mbak Ratna

Entah kenapa, tiba-tiba aku terkenang wajahmu Mbak. Mungkin karena kemarin aku baru lewat depan rumahmu. Jalan Diponegoro no 3 Malang. Masih ingat betul aku, setiap kali membuat undangan diskusi Forum Pelangi, aku selalu menuliskan alamat itu sebagai tempat diskusi di undangan yang kubuat.
Sebenarnya aku ingin mampir sore kemarin. Seperti sore-sore di mana aku sering mampir ke rumah.  Kau biasanya duduk di atas kursi rodamu. Kuparkir motorku dan mendekat ke arahmu. Menyalamimu. “Kamu mau kopi apa teh ?, nanti biar Umi yang buatkan,” demikian tawaranmu padaku. Biasanya aku tak mau merepotkan Umi, aku akan berlalu ke dapur dan membuat segelas kopi untukku sendiri. Setelah itu kita akan berbicara bermacam-macam hal, mulai dari yang ringan hingga beratnya berton-ton.

Terik Siang di Stasiun

aku mengajak terik siang ini ke stasiun
dia tidak mau ikut, terpaksa ku seret dia dari jalanan
dari genteng rumahmu
ah tak usah kau larang,
biarkan saja terik siang ikut denganku
agar siang ini tak kau rasa gerah

di stasiun itu, terik siang membuat gerah semua orang
dia akan menyertai perjalananku siang ini
aku menunggu kereta senja
yang akan mengantarkanku ke kota kawanku di balik gunung

siang di stasiun itu
kubuka lagi sarung gitarku
kupetik senar-senarnya yang lentik
seperti jarimu, senar gitarku juga tinggal lima jumlahnya
satu senarnya lagi sudah kau minta kemarin
katamu akan kau tanam dalam hatimu
agar kau bisa bernyanyi
di tiap harimu yang sepi

aku nyanyikan lagu bising
dengan suara melengking
terik siang berdansa mengiringi laguku
penumpang di stasiun pada gerah, kepanasan
mendengar laguku dan tarian si terik siang
satu-satu mereka mulai mengantuk

aku terus bernyanyi
suaraku semakin berat
mataku juga
semunya gelap
semuanya lelap
sunyi, sepi
seperti hatiku, hatimu


Malang, 11 Juli 2011

Jumat, 08 Juli 2011

Menulis Itu Mudah ?

Tentu saja tak ada yang mudah dalam kehidupan, tak ada hal yang datang begitu saja. Termasuk juga dalam menulis. Semua memerlukan usaha, kerja keras, proses yang terus menerus, demikian juga dengan menulis. Menulis itu sebenarnya mudah jika kita konsisten mengasah kemampuan kita. Tapi manusia adalah makhluk Tuhan yang cepat bosan, bosan karena dia bias berpikir, punya segudang keinginan yang tak semuanya bisa dipenuhi. 
Tulisan ini kubuat untuk seorang kawan yang memintaku mengajarinya bagaimana menulis yang baik. Jujur saja, sebenarnya aku juga tak percaya diri untuk mengajari orang lain bagaimana menulis yang baik. Apalagi tulisan yang sesuai dengan standar media cetak di Indonesia. Lha tulisanku saja tak pernah masuk media cetak di Indonesia. Kecuali ketika menjadi wartawan free lance beberapa waktu yang lalu, itupun tak lama. Hanya tiga bulan. Setelah itu tulisanku tak pernah diterbitkan lagi oleh media cetak di Indonesia.

Sejarah Pers Mahasiswa

Sejarah Pers Mahasiswa
Dari Orde Baru Sampai Reformasi

Jangan bayangkan judul di atas sesuai dengan isi tulisanku ini. Karena aku bukan seorang sejarawan yang paham betul mengenai penulisan sejarah. Pengetahuanku tentang sejarah pers mahasiswa di Indonesia masih jauh dari mencukupi untuk membuat tulisan tentang hal ini.
Memang saya akui sampai hari ini masih aktif di dunia pers mahasiswa. Sampai tahun 2012 nanti masih tercatat sebagai salah satu pengurus Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI). Organisasi yang baru kuketahui keberadaanya sekitar tiga tahun yang lalu. Padahal organisasi ini mulai terbentuk semenjak tahun 1992 di Kota Malang. 
PPMI, organisasi yang aneh, itulah penilaianku ketika terlibat aktif didalamnya. Organisasi yang menghimpun Lembagai Pers Mahasiswa se-Indonesia ini bahkan tidak mempunyai legalitas hukum. Aneh bukan, padahal anggota yang dihimpunnya adalah organisasi yang mempunyai legalitas hukum, meskipun hanya berupa Surat Keputusan Rektor atau Dekan di kampus masing-masing. Dalam pengantarnya di Buku Putih PPMI (Catatan-Catatan yang Belum Selesai), Moh. Fathoni yang juga penulis sebagian besar buku ini berkomentar bahwa belum ada organisasi pers mahasiswa setingkat nasional selama dan sejauh ini, setelah IPMI.

Tulisan ini sepenuhnya terinspirasi ketika perjalanku berkeliling ke berbagai daerah tiga bulan kemarin. Banyak anggota Lembaga Pers Mahasiswa yang bertanya tentang organisasi yang bernama PPMI. 

“PPMI itu hewan apa to mas ?”
“Sebenarnya untuk apa PPMI didirikan ?”
“Siapa saja anggota PPMI ?”
“Bagaimana arah gerak PPMI ?”

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang diajukan oleh mereka. Ya aku maklum, sebagian dari mereka belum mengerti betul siapa, apa dan bagaimana PPMI itu. Mendengar pertanyaan itu dengan senang hati aku menjawabnya dengan jawaban yang aku miliki. Kadang-kadang aku merasa seperti pendongeng yang sedang meninabobokan mereka.
Aku kamudian berpikir ulang, kenapa pertanyaan ini hampir sama ditanyakan di kota yang kukunjungi ?. Apakah generasi yang menanyaiku ini adalah generasi ahistoris yang tidak pernah mendapatkan transformasi pengetahuan tentang PPMI ?.
Baiklah jika itu memang yang sedang terjadi, mereka perlu lagi membaca tentang sejarah berdirinya PPMI dan perjalanannya. Kebetulan juga buku tentang itu sudah disusun oleh pengurus PPMI sebelum periode saya. Meskipun buku yang saya punya ini masih versi yang belum direvisi tak apalah. Bagi Anda pegiat pers mahasiswa yang ingin mengerti tentang PPMI, dapat mendownload buku ini di link yang ada di bawah.
Atau jika Anda malas membaca yang versi pdf-nya ini, silahkan tunggu saja sampai buku itu dipajang di etalase toko buku yang ada di kota Anda. Tapi Anda juga harus bersiap untuk lama menunggu karena dari banyak penerbit yang telah saya tawari untuk menerbitkan buku ini, beberapa sudah ada yang menolak menerbitkannya. 





Selasa, 05 Juli 2011

Negeri Maling


Ini lagi cerita gilaku tentang negaraku. Bukan bermaksud memotret sisi buruknya saja. Tapi kenyataannya memang demikian. Negaraku, Indonesia oleh tetangga-tetangganya dijuluki sebagai “negeri maling”.  Bagaimana sampai negaraku dijuluki demikian? Negaraku dijuluki demikian bukan karena sentimen antar negara, tapi memang kenyataannya demikian. “Negeri maling” ini merujuk pada perampokan kekayaan negara oleh  pengelolanya, birokrasi, pejabat, militer dan politisinya.
Sebagai warga negara yang cinta pada bangsa dan negaranya, aku terkadang malu dan minder berteman dengan warga negara lain. Mungkin Anda bertanya pada sikap saya yang cinta pada tanah airnya namun masih saja membongkar aib dan kebusukan bangsanya sendiri.  Sudahlah Anda jangan bertanya tentang metodologi berpikirku. Apalagi bertanya tentang filosofiku  apa dan bagaimana sehingga bersikap demikian.  Jawabanku sederhana saja. Aku bukanlah Kumbakarna, tokoh pewayangan yang berprinsip right or wrong is my country, saya berprinsip seperti Wibisono, right or wrong is rigt or wrong. Sederhana kan ?. Saya tak bisa menjawab secara filosofis dan metodologis tentang ini. Jadi jangan tanya lagi.
Anda menuduhku bukan seorang yang nasionalis ? silahkan saja. Toh aku juga bukan politikus yang harus mencitrakan dirinya baik di depan semua orang. Anda berhak menjelek-jelekkanku sesuka hati, toh aku juga akan cuek-cuek saja. Karena ejekan Anda tak ada pengaruhnya sama sekali dengan hidupku.

Cerita Tentang Polisi Di Negaraku

Ini cerita tentang polisi di negeriku. Mungkin lebih banyak buruknya. Ah ini hanya cerita, anggap saja ini cerita gila. Rakyat jelata di negeriku selalu merasa was-was, semacam perasaan benci dan takut kalau ketemu polisi, apalagi ketika mengandarai sepeda motor dan mobil.


 “Polisi itu kalau ketemu di jalan suka cari-cari masalah, ada saja kesalahan kita yang didapatinya. Ujung-ujungnya kita akan ditilang, untung kalau ditilang, uangnya akan masuk kas Negara. Banyak oknum polisi yang memilih bayar ditempat (titip uang tilang), nah kalau beginikan uangnya masuh kantong sendiri.” Demikian komentar seorang kawanku, yang demi keamanannya tidak aku sebutkan namanya di sini.

Minggu, 03 Juli 2011

Berita Hari Ini

Ada kulihat fotomu terpampang di koran hari ini. Di situ ditulis kau akan maju menjadi wali kota, pemimpin nomor wahid di kota ini. Ah aku tak percaya, kubolak-balik lagi koran. Kubaca dari awal lagi. Adakah itu foto orang lain yang mirip dengamu ?. Ah tidak itu memang fotomu, dan di bawahnya jelas ditulis nama lengkapmu.

Padahal malam tadi kau mengaku tak punya uang waktu kita sepakat bantingan membeli minuman dengan merek Long Island di warung kiri. Aku kaget tak percaya, pagi ini kau muncul di koran dan mau jadi walikota. Dari mana kau dapat modal untuk membiayai ongkos kampanye yang begitu mahal. Ah kau pasti mabuk, lalu mendatangi kantor redaksi koran itu. Kau mengamuk di kantor, kau memaksa mereka menulis berita bohong.

Keliling Indonesia Gratis, Dapat Hadiah Lagi

Anda ingin jalan-jalan gratis dan juga berpeluang dapat hadiah uang tunai? Buruan segera daftar di Aku Cinta Indonesia. Serius, saya tidak bohong. Namun ingat, tak ada yang gratis begitu saja di dunia ini. Anda harus bersaing dengan ribuan pendaftar dari seluruh Indonesia untuk ikut program Aku Cinta Indonesia.


merupakan program yang diselenggarakan oleh detikcom mulai tahun 2010 lalu. . Tahun 2011 ini, detik.com kembali mencari 60 orang yang akan dibagi menjadi 20 tim (masing-masing tim 3 orang) untuk disebar ke seluruh penjuru negeri. Seluruh biaya transportasi, akomodasi, dan uang saku yang dibutuhkan dalam perjalanan akan ditanggung oleh detikcom. 20 tim adalah para Petualang ACI yang akan menyebarkan semangat Aku Cinta Indonesia dengan berbagi cerita dan pengalaman. 

Tahun ini ada 60 Petualang yang terpilih untuk disebar ke 20 area wisata yang belum banyak ter-explore. Masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Hadiah yang akan diperebutkan lebih banyak dari tahun lalu:
  1. Tim Terbaik dengan hadiah senilai Rp 100 Juta
  2. Foto Esai Terbaik (Individual) senilai Rp 25 Juta
  3. Tim Favorit pembaca senilai Rp 15 Juta
Menarikkan? Sudah jalan-jalan gratis, dapat hadiah lagi jika beruntung. Saya sudah mendaftarkan diri, bagaimana dengan Anda? Bagi Anda yang suka fotografi dan menulis akan menjadi point tersendiri ketika mendaftar di program Aku Cinta Indonesia ini. Info lebih lengkap silahkan kunjungi website Aku Cinta Indonesia.

Tak Usah Pedulikan Nasib TKI !!!

Maraknya berita ancaman hukuman mati terhadap tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi dan Malaysia, juga kabar penghentian pengiriman pekerja rumah tangga belakangan ini membuat berang dan cemas berbagai pihak di Negara ini. Semua pihak di negeri ini tiba-tiba menjadi berang dengan nasib TKI dan TKW kita yang akan dihukum pancung. 

Mahasiswa banyak yang melakukan aksi solidaritas, intelektual kita ramai-ramai mengeluarkan statemen di media massa, mengecam hukuman mati TKI. Sampai-sampai Presiden SBY menyisihkan perhatiannya dengan membentuk Satgas TKI. 

Seolah mereka itu tak pernah belajar sejarah. Bahwa bangsa kita memang bangsa kuli, budak, yang pernah menjadi kuli dan budaknya kongsi dagang asing. Mulai dari kongsi dagang Portugis, Belanda, dan Inggris.

Memangnya peristiwa TKI ini baru sekali ini kita alami? Apakah kita sudah lupa peristiwa demi peristiwa naas yang menimpa TKI kita dari tahun ke tahun? Demikian selalu seperti ini. 

Sabtu, 02 Juli 2011

Download Buku, Kamus Filsafat, Karya Lorens Bagus

Belajar filsafat itu sulit, buat apa juga?. Tak ada manfaatnya, demikian kata teman saya si Arys dari Jember ketika saya minta dia mengajari filsafat. Apa demikian adanya? filsafat tidak ada gunanya?. 

Padahal si Arys beberapa waktu yang lalu sempat mengikuti kursus filsafat di Jogja. Bukankah filsafat adalah salah satu indikator kamajuan peradaban?. Ah sudahlah, daripada berdebat sendiri. Nah berbicara tentang filsafat seringkali kita temui kata-kata aneh yang jangankan kita ketahui maknanya, bertemu dengannya pun kita tidak pernah. 

Maka itu, kehadiran kamus filsafat sangatlah menolong kita dalam mempelajari filsafat, nah mumpung saya punya kamus filsafat karya Lorens Bagus dalam versi elektronik maka saya upload saja. Memang kurang lengkap, kamus yang tebalnya sekitar 1192 ini belum dapat dijadikan satu dalam versi pdf-nya. Yang saya miliki ini hanya sebagiannya saja, yakni 127 halaman. Terima kasih pada Ebook Kristiani yang telah membuat versi pdf-nya, meskipun belum lengkap 1192 halaman. 


Bagi kawan-kawan yang ingin memiliki kamus filsafat karya Lorens Bagus ini dapat mendownload di sini.

Mau ?

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India