Minggu, 03 Juli 2011

Tak Usah Pedulikan Nasib TKI !!!

Maraknya berita ancaman hukuman mati terhadap tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi dan Malaysia, juga kabar penghentian pengiriman pekerja rumah tangga belakangan ini membuat berang dan cemas berbagai pihak di Negara ini. Semua pihak di negeri ini tiba-tiba menjadi berang dengan nasib TKI dan TKW kita yang akan dihukum pancung. 

Mahasiswa banyak yang melakukan aksi solidaritas, intelektual kita ramai-ramai mengeluarkan statemen di media massa, mengecam hukuman mati TKI. Sampai-sampai Presiden SBY menyisihkan perhatiannya dengan membentuk Satgas TKI. 

Seolah mereka itu tak pernah belajar sejarah. Bahwa bangsa kita memang bangsa kuli, budak, yang pernah menjadi kuli dan budaknya kongsi dagang asing. Mulai dari kongsi dagang Portugis, Belanda, dan Inggris.

Memangnya peristiwa TKI ini baru sekali ini kita alami? Apakah kita sudah lupa peristiwa demi peristiwa naas yang menimpa TKI kita dari tahun ke tahun? Demikian selalu seperti ini. 

Hai kalian para mahasiswa (narapidana universitas), kalau hanya aksi solidaritas saja yang bisa kalian lakukan mending hentikan saja!. Belajar yang rajin saja, toh kalian nanti juga akan menjadi budak, babu, kuli di negeri sendiri. Maka cepat-cepat saja kalian lulus dari penjara (universitas). Oh, kalian tidak terima dengan perkataan saya ya? Kalian marah? Jengkel? 

Mahasiswa sekarang hanya bisa teriak, teriakan kosong yang tak punya akibat apa-apa. Kalau memang kalian yakin bahwa bangsa kita bukan bangsa budak segera yakinkan masyarakat di sekitar kalian. Teriakkan pada mereka bahwa bangsa kita sudah merdeka, tak perlu lagi menjadi kuli dan budak bangsa lain. Sadarkan mereka. Percuma kalian teriak-teriak pada pemerintah. Mereka tuli, tak akan pernah dengar teriakan kalian. Apalagi sampai menerapkannya pada kebijakan dan program yang mereka ambil. 

Hai para intelektual Indonesia, apakah hanya itu yang bisa kalian lakukan? Berstatemen di media massa? Tak adakah yang lebih konkret yang bisa kalian lakukan? Statement kalian itu seperti angin di telinga masyarakat, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Tak ada yang masuk di hati mereka, tak membuahkan kesadaran untuk selanjutnya menjadi tindakan. Kalian itu seperti Zarathustra yang berkhotbah di pasar tanpa ada satu orang di pasar itu yang mendengarkan. Kalian salah tempat, di pasar itu mereka sibuk bertransaksi, memenuhi kebutuhan hidup dengan uang yang jika dihitung tak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. 

Hai Pemerintah Indonesia terkhusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tak adakah kebijakan lain yang bisa ditempuh selain membentuk Satgas yang tak jelas kerjanya? Sudah berapa Satgas yang Anda miliki hingga sekarang? Sudah berhasilkah mereka merubah kondisi Indonesia yang carut marut ini? Oh maaf jika omongan saya terlalu pedas. Maafkan saya Pak Presiden. Saya berlaku demikian karena saya cinta Indonesia baik manusianya, dan juga Negara berserta unsur-unsurnya.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang ramah dan bisa berlapang dada. Sudahlah, terima saja nasib kita ini. Bangsa Indonesia ini memang bangsa budak, bangsa kuli. Buat apa kita berlaku hipokrit, tiba-tiba jika ada peristiwa seperti ini kita panik, ramai-ramai turun ke jalan, berstatemen di media massa, yang tujuannya hanya menunjukkan eksistensi. Inilah saya, inilah organisasi saya, inilah kami, pemerintah Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

Mau ?

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India